31 March 2025

Lonjakan Sampah pada Libur Lebaran


 

sam
Sampah lebaran

Libur lebaran adalah waktu yang penuh kebahagiaan bagi umat Islam, namun di balik perayaan tersebut, ada masalah serius yang sering kali muncul: lonjakan sampah. Setiap tahun, saat libur lebaran, volume sampah meningkat secara signifikan, dan ini menjadi biang masalah bagi banyak kota di Indonesia.

Mengapa Lonjakan Sampah Terjadi?
Lonjakan sampah saat libur lebaran disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, banyaknya kegiatan sosial dan tradisi yang dilakukan selama lebaran, seperti open house, kunjungan keluarga, dan penyajian makanan khas. Semua ini berkontribusi pada peningkatan jumlah sampah, mulai dari kemasan makanan, sisa makanan, hingga barang-barang sekali pakai. Di beberapa daerah, seperti Kota Samarinda, Dinas Lingkungan Hidup bahkan harus menahan sampah di tempat tertentu hingga hari ketiga lebaran sebelum bisa dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Strategi Penanganan Sampah di Berbagai Kota
Beberapa kota di Indonesia mulai menerapkan strategi baru untuk mengatasi lonjakan sampah ini. Misalnya, di Bandung, pemerintah daerah telah memperkenalkan penggunaan insinerator untuk membakar sampah yang tidak dapat didaur ulang. Ini adalah langkah inovatif yang diharapkan dapat mengurangi beban sampah yang harus ditangani selama libur lebaran. Selain itu, kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga semakin digalakkan.

Mengurangi Sampah
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik, setiap individu dapat berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Misalnya, membawa wadah sendiri untuk makanan atau minuman saat berkunjung ke rumah teman atau keluarga dapat membantu mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai. Selain itu, memisahkan sampah organik dan non-organik di rumah juga dapat mempermudah proses pengelolaan sampah oleh pemerintah.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai di beberapa daerah. Banyak kota masih kesulitan dalam menyediakan tempat pembuangan yang cukup untuk menampung lonjakan sampah selama libur lebaran. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
 
sumber berita: tempokaltimposttribunnewsphoto

30 March 2025

Kenapa Perayaan Idul Fitri di Kawasan Arab Berbeda?


 

ied
Idul Fitri 2025

Perayaan Idul Fitri adalah momen yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun, sering kali kita mendengar bahwa tanggal perayaan ini berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, terutama antara Indonesia dan negara-negara Arab seperti Arab Saudi. Lalu, apa yang menyebabkan perbedaan ini?

Metode Penentuan Hari Raya Idul Fitri
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perbedaan hari raya Idul Fitri adalah metode penentuan awal bulan Syawal. Di Indonesia, banyak organisasi Islam, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) dan rukyah (pengamatan langsung bulan) untuk menentukan awal bulan. Sementara itu, di Arab Saudi, penentuan hari raya lebih mengandalkan rukyah, yang berarti mereka menunggu pengamatan bulan secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan satu atau dua hari dalam merayakan Idul Fitri.

Pengaruh Astronomi dan Geografi
Profesor astronomi dari BRIN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa posisi geografis dan kondisi atmosfer juga berperan dalam penentuan awal bulan. Misalnya, di beberapa daerah, bulan mungkin terlihat lebih awal atau lebih lambat tergantung pada kondisi cuaca dan lokasi pengamatan. Ini menjelaskan mengapa di beberapa tempat di Indonesia, seperti Solo, ada masjid yang merayakan Idul Fitri lebih awal dibandingkan dengan yang lain.

Perbedaan Interpretasi dalam Dunia Islam
Perbedaan dalam merayakan Idul Fitri juga mencerminkan keragaman dalam interpretasi ajaran Islam di berbagai belahan dunia. Beberapa kelompok mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai kapan bulan baru dimulai, yang berujung pada perayaan yang tidak seragam. Hal ini menciptakan situasi di mana umat Islam di satu negara merayakan Idul Fitri pada hari yang berbeda dibandingkan dengan negara lain.

Dampak Sosial dan Budaya
Perayaan Idul Fitri bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan momen sosial yang penting. Di Indonesia, perayaan ini sering kali diwarnai dengan tradisi lokal, seperti mudik (pulang kampung) dan saling berkunjung antar keluarga. Sementara itu, di Arab Saudi, perayaan lebih terfokus pada ibadah dan kegiatan keagamaan. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana budaya lokal dapat mempengaruhi cara umat Islam merayakan hari besar ini.

Kesatuan dalam Perbedaan
Meskipun ada perbedaan dalam merayakan Idul Fitri, penting untuk diingat bahwa semua umat Islam merayakan hari yang sama dengan semangat yang sama: syukur atas berakhirnya bulan Ramadan dan memperkuat tali silaturahmi. MUI dan organisasi Islam lainnya terus berupaya untuk menjembatani perbedaan ini dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati dalam perbedaan.

Perayaan Idul Fitri di kawasan Arab dan Indonesia menunjukkan keragaman dalam praktik keagamaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk metode penentuan hari raya, kondisi astronomi, dan budaya lokal. Meskipun ada perbedaan, semangat kebersamaan dan saling menghormati tetap menjadi inti dari perayaan ini. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai keragaman dalam dunia Islam dan memperkuat persatuan di antara umat.
 
sumber berita: tempokompasinilah

22 March 2025

Tradisi THR di Indonesia


 

thr
Uang THR

Tunjangan Hari Raya (THR) sudah menjadi tradisi tahunan yang dinantikan oleh para karyawan di Indonesia. THR bukan sekadar bonus, melainkan bentuk apresiasi perusahaan kepada pekerja yang telah berkontribusi selama setahun.

Sejarah THR di Indonesia
Sejarah THR di Indonesia dimulai pada era Orde Baru, tepatnya tahun 1951. Saat itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 1/1951 yang mewajibkan pemberian THR kepada karyawan. Awalnya, THR hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil (PNS) sebagai bentuk penghargaan menjelang hari raya keagamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, aturan ini berkembang dan mencakup sektor swasta.

Pada tahun 1994, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/1994 yang lebih detail mengatur pemberian THR. Aturan ini kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6/2016, yang hingga kini menjadi acuan utama. THR tidak hanya diberikan saat Lebaran, tetapi juga untuk hari raya keagamaan lain seperti Natal, Nyepi, dan Waisak, sesuai dengan keyakinan karyawan.

Aturan THR yang Berlaku Saat Ini
Berdasarkan Permenaker No. 6/2016, THR wajib diberikan kepada karyawan yang telah bekerja minimal satu bulan secara terus-menerus. Besaran THR bervariasi tergantung lama kerja:

- Karyawan dengan masa kerja 12 bulan atau lebih berhak mendapatkan THR sebesar satu bulan gaji.
- Karyawan dengan masa kerja kurang dari 12 bulan berhak mendapatkan THR secara proporsional.

Perusahaan yang tidak memberikan THR dapat dikenakan sanksi administratif, mulai dari teguran hingga denda. Namun, sayangnya, masih banyak perusahaan, terutama di sektor informal, yang mengabaikan aturan ini. Hal ini sering menjadi sorotan media dan aktivis ketenagakerjaan.

THR untuk Pekerja Ojol
Salah satu isu hangat terkait THR adalah nasib para pekerja ojek online (ojol). Sebagai pekerja lepas, status ojol seringkali tidak jelas dalam aturan ketenagakerjaan. Mereka tidak terikat kontrak formal dengan perusahaan platform digital, sehingga sulit untuk menuntut hak-hak ketenagakerjaan, termasuk THR.

Meskipun beberapa platform ojol telah memberikan bonus atau insentif menjelang hari raya, hal ini tidak bisa disamakan dengan THR yang diatur oleh pemerintah. Bonus tersebut sifatnya sukarela dan tidak memiliki kepastian hukum. Padahal, ojol juga memiliki kontribusi besar dalam perekonomian, terutama di masa pandemi ketika layanan mereka sangat dibutuhkan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk memperjuangkan hak ojol, termasuk usulan revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan yang lebih inklusif. Namun, hingga saat ini, belum ada kepastian hukum yang melindungi hak-hak ojol, termasuk hak atas THR.
 
sumber berita:

17 March 2025

Optimisme Timnas Menuju Piala Dunia


 

pil
Dukungan Presiden

Piala Dunia adalah mimpi yang selalu membara di hati setiap penggemar sepak bola di Indonesia. Dengan semangat yang tinggi, Timnas Indonesia kini berusaha keras untuk meraih tiket ke ajang bergengsi ini. Optimisme ini tidak hanya datang dari para pemain dan pelatih, tetapi juga dari seluruh masyarakat, termasuk diaspora yang selalu mendukung dari jauh.

Dukungan Presiden
Dukungan dari pemerintah, termasuk Presiden, sangat penting dalam perjalanan Timnas menuju Piala Dunia. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Timnas Indonesia harus masuk Piala Dunia. Ketua PSSI Erick Thohir,yang juga Menteri BUMN, menyatakan harapannya agar Timnas dapat memberikan hasil terbaik dalam setiap pertandingan. Hal ini menunjukkan bahwa ada komitmen dari pihak pemerintah untuk memberikan dukungan penuh kepada tim. Dengan adanya perhatian dari level tertinggi, harapan untuk melihat Timnas berlaga di Piala Dunia semakin nyata.

Kemenangan
Kemenangan adalah kata kunci dalam setiap pertandingan. Timnas Indonesia, di bawah arahan pelatih baru yang beraroma eropa, diharapkan dapat menunjukkan performa yang terbaik. Dalam pertandingan mendatang melawan Australia, para pemain diharapkan dapat meraih point krusial. Salah seorang pemain diaspora "the Profesor" yang mengamati perkembangan tim menyatakan bahwa mereka sangat percaya diri untuk meraih hasil kemenangan di kandang Australia. Ini adalah sinyal positif bahwa tim tidak hanya berambisi, tetapi juga memiliki rencana yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut.

Diaspora sebagai Pendukung Setia
Diaspora Indonesia di luar negeri juga memainkan peran penting dalam mendukung Timnas. Mereka tidak hanya menonton pertandingan dari jauh, tetapi juga aktif dalam menyebarkan semangat dan dukungan melalui media sosial. Kehadiran mereka dalam mendukung Timnas menciptakan rasa kebersamaan yang kuat, meskipun terpisah oleh jarak. Optimisme yang ditunjukkan oleh diaspora ini sangat berarti, karena mereka adalah duta bangsa yang selalu mengingatkan dunia akan potensi sepak bola Indonesia.

Strategi Menuju Piala Dunia
Untuk mencapai Piala Dunia, strategi yang matang sangat diperlukan. Timnas Indonesia harus fokus pada pengembangan level permainan dan peningkatan kualitas pelatihan. Dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, federasi sepak bola, dan masyarakat, tidak bisa diabaikan. Dengan adanya sinergi ini, harapan untuk melihat Timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia semakin mendekati kenyataan.
 
sumber berita:

06 March 2025

Sritex, Dari Masa Kejayaan Hinggah Runtuh


 

sri
Runtuhnya Sritex

Pada 1 Maret 2025, PT Sri Rejeki Isman (Sritex)—perusahaan tekstil raksasa asal Solo—resmi menghentikan operasinya. Sritex, yang berdiri sejak 1966, pernah menjadi simbol kemajuan industri tekstil Indonesia. Perusahaan ini mengekspor produk ke puluhan negara dan mempekerjakan lebih dari 30.000 orang. Tutupnya pabrik yang pernah menjadi kebanggaan Indonesia ini bukan hanya cerita tentang bisnis yang kolaps, tapi juga tentang ribuan pekerja yang tiba-tiba kehilangan mata pencaharian.  

Akar Masalah Sritex  
Sejak 1966, Sritex, berproduksi dan menjadi kebanggaan industri tekstil Indonesia. Perusahaan ini mengekspor produk ke puluhan negara serta memenuhi kebutuhan lokal. Namun menurut media Kompas, masalah mulai menumpuk sejak 2020: utang menumpuk, persaingan global ketat, dan manajemen yang dianggap kurang transparan. Pemerintah sempat memberikan suntikan dana, tapi upaya ini gagal menyelamatkan Sritex. Akhirnya, keputusan tutup menjadi pahit yang harus ditelan.  

Bagi karyawan, ini seperti mimpi buruk. Banyak yang bekerja puluhan tahun tiba-tiba harus menghadapi realita PHK massal. Pertanyaan besar pun mengemuka: Kapan uang JHT mereka cair?  

Nasib JHT Karyawan Sritex  
Jaminan Hari Tua (JHT) adalah hak wajib bagi pekerja yang diatur dalam Uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Besaran JHT untuk karyawan Sritex bervariasi, tergantung masa kerja dan upah. Misalnya, pekerja dengan masa kerja 10 tahun berhak mendapatkan sekitar Rp50–100 juta. Namun, proses pencairannya tak semudah membalikkan telapak tangan.  

BPJS Ketenagakerjaan menjanjikan pencairan maksimal 30 hari setelah pengajuan. Tapi, ada syarat: dokumen PHK dari perusahaan harus lengkap. Di tengah kekacauan tutupnya Sritex, banyak karyawan khawatir dokumen ini tertunda. Aktivis buruh mendesak pemerintah memastikan proses ini transparan. “JHT adalah hak pekerja, bukan hadiah. Negara wajib memastikan ini tak tertunda,” tegas salah satu pegiat.  

Pernyataan Kontroversial: Bensin di Atas Api  
Di tengah duka karyawan, muncul insiden yang memperburuk situasi. Seorang pejabat perusahaan kerap melontarkan pernyataan provokatif, seperti menyalahkan karyawan atas kebangkrutan Sritex. Akibatnya, protes merebak, dan melaporkan bahwa pejabat tersebut akhirnya dilarang berbicara publik oleh pengadilan.  

Pernyataan-pernyataan ini bukan hanya tidak etis, tapi juga mencerminkan betapa rapuhnya komunikasi antara perusahaan dan pekerja. Alih-alih mencari solusi, ucapan seperti ini justru memicu ketidakpercayaan dan kepanikan.   

Tutupnya Sritex bukan sekadar berita bisnis. Ini tentang karyawan dan keluarganya yang harus putar otak bayar sekolah anak, pekerja yang bingung cari pekerjaan baru di usia senja, dan hak JHT yang mungkin jadi satu-satunya penyelamat.
 
sumber berita:

04 March 2025

Bagaimana Film Tentang Pekerja Seks Bisa Menang Oscar?


 

osc
Piala Oscar

Film Anora garapan sutradara Sean Baker menyapu lima penghargaan di Oscar 2024, termasuk Film Terbaik. Kisahnya yang mengangkat kehidupan pekerja seks di Amerika Serikat langsung menjadi perbincangan. Pertanyaannya: bagaimana film dengan tema sensitif seperti ini bisa meraih pengakuan tertinggi di industri perfilman?  

Tema Tabu  
"Anora" tidak hanya menampilkan kisah pekerja seks secara gamblang, tetapi juga menyelami sisi humanis sang tokoh utama. Sean Baker, yang sebelumnya dikenal lewat film "The Florida Project", memang terkenal dengan gaya bercerita yang realistis dan penuh empati. Alih-alih menjual sensasi, ia fokus pada kompleksitas kehidupan karakter, seperti perjuangan ekomi, stigma sosial, dan kerentanan emosional.  

Ini sejalan dengan tren Oscar belakangan yang mulai menghargai film bertema sosial. Contohnya, "Nomadland" (2020) yang mengisahkan kehidupan tunawisma atau "Moonlight" (2016) tentang identitas seksual. Tema pekerja seks dalam "Anora" dianggap sebagai cerminan realita yang sering diabaikan, sehingga membuka mata juri dan penonton.  

Adegan Seks di Film  
Sejarah Oscar memang tidak lepas dari film dengan adegan seks yang menuai polemik, tetapi tetap diakui secara artistik. Film seperti "Blue is the Warmest Color" (2013) atau "Brokeback Mountain" (2005) memenangi banyak penghargaan karena adegan intimnya yang berfungsi memperdalam alur, bukan sekadar menarik perhatian.  

"Anora" menggunakan pendekatan serupa. Adegan seks dalam film ini tidak hadir untuk sensasi, tetapi sebagai alat naratif untuk menunjukkan dinamika hubungan, kekuasaan, dan kerapuhan manusia. Hal ini membedakannya dari film yang hanya mengandalkan konten dewasa tanpa kedalaman cerita.  

Perubahan Selera Akademi
Dalam dekade terakhir, Academy Awards (Oscar) telah melakukan reformasi besar, termasuk menambah keragaman anggota juri. Perubahan ini membuat film dengan tema "berani" dan jarang diekspos—seperti kehidupan pekerja seks—mendapat panggung lebih luas. "Anora" dianggap memanfaatkan momentum ini dengan baik.  

Selain itu, kritikus menilai kemenangan "Anora" juga dipengaruhi oleh faktor teknis: sinematografi yang intim, akting natural dari pemeran utama, dan skenario yang menghindari klise. Film ini berhasil membuat penonton merasa "dekat" dengan tokohnya, meski latar belakang hidupnya mungkin sangat berbeda.    

Oscar dan Makna di Balik Tema "Sulit"  
Kemenangan "Anora" di Oscar 2024 mengirim pesan jelas: industri film global semakin terbuka pada cerita dari pinggiran. Tema seperti pekerja seks, yang sering dianggap kontroversial, bisa menjadi jalan untuk menyoroti ketidakadilan dan memicu empati.  

Seperti kata Sean Baker dalam pidato penerimaannya, "Setiap orang punya kisah yang layak diceritakan." Dan Oscar, sebagai panggung tertinggi, kini mulai menjadi megafon bagi suara-suara yang selama ini terpinggirkan.
 
sumber bacaan: kontanpopbela

02 March 2025

Gaza, Hamas dan Israel


 

ham
Truk Bantuan  

Gaza, wilayah seluas 365 km² yang dihuni sekitar 2 juta warga Palestina, terus menjadi saksi konflik berdarah antara Hamas dan Israel. Di tengah gema ledakan dan tangisan anak-anak, isu kejahatan perang, upaya perpanjangan gencatan senjata, dan polemik penghentian bantuan kemanusiaan semakin memanas. Bagaimana ketiga elemen ini saling terkait, dan apa dampaknya bagi warga sipil yang terjebak dalam lingkaran kekerasan?  

Kejahatan Perang
Pada awal Maret 2024, Hamas mengecam keras keputusan Israel menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui jalur darat. Langkah ini disebut sebagai bentuk kejahatan perang, karena memblokade akses dasar seperti makanan, obat-obatan, dan air bersih bagi warga Gaza. Padahal, hukum humaniter internasional melarang penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.  

Israel membenarkan penghentian bantuan dengan alasan “mencegah dana mengalir ke Hamas.” Namun, PBB mencatat bahwa 80% penduduk Gaza bergantung pada bantuan luar untuk bertahan hidup. Anak-anak malnutrisi, rumah sakit tanpa listrik, dan warga yang minum air tercemar menjadi gambaran sehari-hari. Bagi banyak pihak, ini bukan sekadar blokade, tapi hukuman kolektif yang melanggar hak asasi manusia.  

Perpanjangan Gencatan Senjata  
Upaya menciptakan perdamaian sementara sempat muncul ketika Israel dan Amerika Serikat (AS) menyetujui perpanjangan gencatan senjata pada Maret 2024. Namun, Hamas menolak proposal ini karena dianggap tidak menguntungkan Palestina. Gencatan yang diusulkan disebut hanya memberi waktu bagi Israel untuk mengonsolidasikan kekuatan, tanpa menjamin penghentian serangan atau pencabutan blokade.  

Ini bukan kali pertama gencatan gagal. Sejak 2007, Gaza telah melalui puluhan gencatan yang hanya bertahan hitungan hari atau minggu. Akar masalahnya adalah ketidakseimbangan kekuatan: Israel didukung AS dan sekutu Barat, sementara Hamas bergantung pada simpati regional. Warga sipil, sekali lagi, menjadi korban ketika dialog berujung pada saling tuding dan roket yang kembali meluncur.  

Stop Bantuan  
PM Israel, Benjamin Netanyahu, pada Maret 2024 secara terbuka menyatakan akan menghentikan semua bantuan ke Gaza. Keputusan ini, disebut Hamas sebagai “pemerasan murahan” untuk memaksa Palestina menyerah. Netanyahu beralasan bahwa bantuan sering disalahgunakan Hamas untuk membangun terowongan perlawanan atau membeli senjata.  

Namun, data lapangan menunjukkan hal berbeda. LSM internasional seperti Amnesty International melaporkan bahwa bantuan kemanusiaan justru sering dihambat atau dihancurkan Israel sebelum mencapai Gaza. Contohnya, truk berisi obat-obatan dari Mesir kerap ditahan berminggu-minggu di perbatasan. Bagi warga Gaza, ini bukan soal politik, tapi pertaruhan nyawa: “Kami hanya ingin makan dan hidup,” kata Fatima, ibu tiga anak di Rafah, dalam wawancara dengan Al Jazeera.  

Komunitas internasional, semua umat manusia, bisa berperan dengan mendorong tekanan ke Israel agar membuka akses bantuan dan menghentikan pendudukan ilegal. Di sisi lain, Hamas juga perlu mengurangi serangan sporadis yang memicu eskalasi.
 
sumber berita: detikokezonemediaindonesia