Software Bajakan

02 July 2023

Software Bajakan


sfw
Bajakan

 
Laporan Kaspersky (2022) menyebutkan bahwa kesadaran UMKM di Indonesia terhadap penggunaan software asli sudah sangat tinggi.
  • Hanya 17 persen dari UMKM (dengan 50-999 karyawan) yang memilih memakai software bajakan (lebih rendah daripada global yang mencapi 24 persen)
  • Hanya 4 persen dari UMKM dengan karyawan dibawah 50 yang merasa harus memakai software bajakan.
  • 9.685 UMKM terpapar malware dan perangkat lunak berbahaya yang menyamar sebagai produk software yang biasa digunakan untuk UMKM (sebagai risiko terhadap penggunaan software bajakan).

Langkah-langkah sudah diambil (2015) misalnya mengedukasi pengguna Windows akan risiko penggunaan software bajakan. Bersama Pemerintah beberapa vendor software, juga, melakukan penyuluhan tentang software bajakan. Tidak kalah pentingnya memberikan penekanan akan konsekuensi penggunaan software bajakan di korporat yang memiliki risiko berbahaya untuk aset perusahaan. Namun, data di tahun 2019, BSA Software Alliance keterangan resmi yang rilis menyatakan masih terdapat ribuan perusahaan di Indonesia yang diawasi karena adanya kemungkinan pelanggaran penggunaan peranti lunak tanpa lisensi. Apabila perusahaan beralih kepada peranti lunak berlisensi, keamanan data, daya saing, dan reputasinya dapat dilindungi sehingga terhindar dari risiko konsekuensi hukum.

Sebagai gambaran, 1 dari 3 perusahaan memiliki peluang untuk terkena serangan malware jika menggunakan atau memasang software tidak berlisensi atau membeli perangkat komputer tanpa software asli di dalamnya. Setiap serangan malware, diperkirakan dapat menimbulkan kerugian sebesar rata-rata US$2,4 juta serta membutuhkan waktu selama 50 hari untuk melakukan perbaikan.

Hasil temuan Microsoft (disampaikan tahun 2018) lewat studi 'Test Purchase Sweep' mencatat 9 dari 10 komputer yang dijual di Indonesia berisi peranti lunak (software) bajakan. Di Taiwan, 11 dari 15 komputer yang dijual (sekitar 73 persen) berisi peranti lunak bajakan. Yang terjadi di Singapura dengan enam dari 11 (sekitar 33 persen) komputer yang dibeli berisi peranti lunak bajakan. pembelian 30 komputer di Korea Selatan didapati kesemuanya (100 persen) menggunakan software bajakan.

Di Indonesia dari 9 komputer yang berisi software bajakan, 8 komputer punya software yang berisi malware. Berarti ketika membeli PC di pasaran, pembeli Indonesia hanya memiliki kesempatan tipis untuk mendapat PC dengan software bajakan yang tidak diinfeksi malware.


sumber berita:
sindonews
liputan6
cnnindonesia
 
 
 
 
 

0 comments :

Post a Comment