Apa Kata WHO: Upaya Kemanusiaan di Sudan

08 September 2024

Apa Kata WHO: Upaya Kemanusiaan di Sudan


 

Upaya Kemanusian Di Sudan

Dalam sebuah cerita yang menguras emosi, kepedulian, dan harapan, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berbicara dengan nada keprihatinan yang dalam saat mengungkapkan situasi krisis kemanusiaan yang melanda Sudan. Lebih dari 20.000 jiwa telah meregang nyawa dalam konflik antara militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF), sementara jutaan lainnya terpaksa meninggalkan rumah dan mencari tempat perlindungan di dalam negeri maupun di negara-negara tetangga. Angka-angka ini bukan hanya sekadar statistik dingin, melainkan representasi dramatis dari kesengsaraan yang nyata yang dirasakan oleh penduduk Sudan.

Tedros, dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Port Sudan, menyoroti bahwa hampir setengah dari 25 juta penduduk Sudan berada dalam kebutuhan mendesak akan bantuan, sedangkan sektor kesehatan negara tersebut telah hampir lumpuh. Dalam panggilan emosionalnya, ia mengecam tindakan tidak memadai yang diambil dalam menanggapi krisis ini. "Skala darurat ini mengejutkan," ujarnya, mencerminkan ketidakberdayaan dalam menghadapi kehancuran yang meluas.

Dengan tekad yang teguh, Tedros mendorong dunia untuk bersatu dan memberikan bantuan kepada Sudan agar dapat keluar dari keterpurukan yang meradang saat ini. Ia menggarisbawahi urgensi dari situasi ini, bahwa Sudan membutuhkan sorotan penuh dunia untuk dapat memulihkan diri dari mimpi buruk yang melanda. Kepedulian akan keselamatan warga Sudan menjadi prioritas utama dalam panggilan WHO.

Pengungsi yang mencapai angka lebih dari sepuluh juta orang menyoroti skala masalah yang memprihatinkan di Sudan. Negara ini menjadi tuan rumah bagi jumlah pengungsi terbesar di dunia, sebuah fakta yang menunjukkan betapa mendesaknya tanggapan global terhadap tragedi ini. Tedros menekankan pentingnya sumber daya tambahan untuk memastikan kebutuhan dasar dari jutaan orang ini terpenuhi dengan baik.

Namun, tidak hanya masalah pengungsi yang menjadi perhatian WHO. Tedros dengan tegas meminta gencatan senjata, langkah yang dianggapnya mutlak diperlukan untuk mencapai solusi politik berkelanjutan. Perlindungan yang lebih baik terhadap fasilitas kesehatan dan akses yang aman untuk pasokan bantuan menjadi tuntutan mendesak demi memperluas program vaksinasi yang krusial, terutama dalam situasi konflik seperti yang tengah melanda Sudan. "Mengamankan fasilitas kesehatan adalah langkah awal yang penting untuk menyelamatkan jutaan nyawa, terutama yang paling rentan seperti anak-anak dan perempuan," ungkapnya dengan penuh kekhawatiran.

Tidak hanya sebagai kepala WHO, Tedros juga menyuarakan hati nurani kita sebagai manusia. Ia mengingatkan bahwa di balik setiap angka statistik adalah individu-individu yang merasakan penderitaan dan keputusasaan. Saat ini, Sudan membutuhkan lebih dari sekadar bantuan materi, tetapi juga empati, kebijaksanaan, dan tindakan kolektif dari seluruh dunia.

Dalam dunia yang sering kali terbagi oleh kepentingan-kepentingan nasional, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan kita bahwa pada intinya, kita semua bagian dari satu keluarga besar, satu umat manusia. Dan sebagai keluarga, tugas kita adalah mendukung dan melindungi satu sama lain, terlepas dari batas-batas fisik atau politik yang mungkin memisahkan kita.

"Bangunlah, dunia," seru Tedros dengan penuh keberanian. Suara WHO ini menggema harapan bagi Sudan dan bagi kita semua, bahwa dengan solidaritas dan tindakan bersama, kita mampu mengubah mimpi buruk menjadi kenyataan yang lebih baik bagi semua.

 
sumber bacaan:

0 comments :

Post a Comment