Pertemuan Antar Generasi di Dunia Maya

01 September 2024

Pertemuan Antar Generasi di Dunia Maya


 

per
Pertemuan Dunia Maya


Generasi Z dan milenial (yang lebih muda) menggunakan media sosial adalah sarana utama untuk berkomunikasi, berbagi ide, dan mengekspresikan diri secara bebas. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat memudahkan komunikasi yang cepat dan kaya visual, memungkinkan mereka untuk terhubung dengan teman dan komunitas di seluruh dunia dalam sekejap mata. Sementara yang lebih tua, Generasi X dan baby boomers, lebih akrab dengan metode komunikasi tradisional seperti pertemuan langsung atau panggilan telepon. Namun, banyak dari mereka mulai memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman, serta untuk mengikuti berita dan peristiwa terkini.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti:
Hasil penelitian dari UNESCO menyimpulkan bahwa 4 dari 10 orang Indonesia aktif di media sosial seperti Facebook yang memiliki 3,3 juta pengguna, kemudian WhatsApp dengan jumlah 2,9 juta pengguna dan lain lain.  Hal mana membuat risiko penyebaran konten negatif serta pesan provokasi dan ujaran kebencian yang dapat menimbulkan konflik juga amat besar. Masyarakat menggunakan pola komunikasi 10 to 90 dalam bermedia sosial juga ikut meningkat. Hanya 10 persen masyarakat yang memproduksi informasi, sedangkan 90 persen cenderung mendistribusikannya.

Secara jumlah meningkatnya pengguna media sosial banyak membantu menjebatani komunikasi antar generasi, yang lebih muda dan yang lebih tua, terutama adanya perbedaan dimensi tempat dan waktu diantara mereka. Namun secara alamiah, jumlah provokasi serta kebencian juga ikut meningkat di tengah masyarakat.  Media sosial juga telah merevolusi cara individu berinteraksi dengan merek dan perusahaan, menciptakan ruang untuk komunikasi yang lebih interaktif dan dua arah. Namun, perbedaan dalam adopsi teknologi ini juga menimbulkan tantangan, seperti kesenjangan digital antara generasi dan pandangan yang berbeda mengenai privasi dan keamanan online.

Alexand Lucas, 21 tahun :
generasi Z sering dipandang rendah oleh generasi-generasi lebih tua, terutama dalam menyikapi isu-isu politik, krena dianggap kurang berpengalaman atau “sok tahu”

Studi yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 silam menemukan partisipasi pemilih muda pada pemilu 2019 sebesar 91,3%, naik dari 85,9% pada pemilu 2014. Media sosial memungkinkan terjadinya kolaborasi lintas generasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan kegiatan sosial. Platform ini menyediakan ruang untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan, yang dapat meningkatkan sinergi dan inovasi di berbagai bidang. Namun dalam kegiatan sosial/politik, kadang generasi yang lebih tua masih memandang generasi yang lebih muda kurang-berpengalaman.

Jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri. Menurut laporan 2018 yang dikeluarkan oleh GlobalWebIndex, orang berusia 16–24 tahun menghabiskan rata-rata tiga jam menggunakan media sosial setiap hari.

Hasil penelitian (Pew Research Center) menyebutkan media sosial hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Di satu sisi keberadaan media sosial dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman, mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran dan ide. Ironisnya, media sosial memiliki dampak negatif pada remaja (spt bom waktu) yang termasuk mendapatkan risiko penyakit mental. National Institute of Mental Health melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18–25 tahun.

Bacaan ...
kominfo
bbc
halodoc

0 comments :

Post a Comment