Mencegah Kekerasan di Sekolah

18 February 2025

Mencegah Kekerasan di Sekolah


 

kek
sekolah

Di tengah upaya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, isu kekerasan di lingkungan sekolah masih menjadi tantangan serius menjelang 2025. Kasus kekerasan tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga melibatkan pihak luar seperti preman, konflik wali murid dengan guru, hingga sistem pengawasan yang perlu diperkuat. Bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan sekolah yang aman?

DP3A Sukabumi: Penguatan Pencegahan dari Hulu  
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, DP3A, Kabupaten Sukabumi aktif melakukan pencegahan kekerasan di sekolah melalui program seperti workshop anti-kekerasan, pendampingan psikologis, dan kolaborasi dengan pihak sekolah. Upaya ini patut diapresiasi, karena fokus pada pencegahan sejak dini, termasuk edukasi kepada guru dan siswa tentang hak anak dan mekanisme pelaporan. Namun, tantangannya adalah memperluas program serupa ke daerah lain agar perlindungan anak merata.  

Ancaman Preman di Sekolah  
Kasus kekerasan oleh pihak luar, seperti preman, turut mengganggu keamanan sekolah. Dua orang berseragam ormas mengancam dengan pisau, membuat orang tua dan siswa histeris. Kejadian ini menunjukkan pentingnya sinergi antara sekolah, aparat keamanan, dan masyarakat untuk mengawasi lingkungan sekitar sekolah. Patroli rutin dan pemasangan CCTV bisa menjadi solusi praktis.  

Wali Murid vs Guru: Jangan Main Hakim Sendiri  
Dinamika hubungan wali murid dan guru semakin kompleks. Tren guru yang dikriminalisasi oleh wali murid akibat miskomunikasi atau emosi yang tidak terkendali. Orang tua melaporkan guru ke polisi hanya karena menegur siswa. Hal ini berpotensi mematikan kewibawaan guru dan mengganggu proses belajar. Diperlukan sosialisasi tentang mekanisme pengaduan yang proporsional, misalnya melalui mediasi sekolah atau DP3A.  

Siswa Pelaku Kekerasan: Refleksi Lingkungan Belajar  
Ironisnya, kekerasan juga datang dari siswa sendiri. Kasus siswa SMA di Jawa Timur yang memukul guru karena ditegur merokok. Perilaku ini tidak hanya mencerminkan masalah disiplin, tetapi juga pengaruh lingkungan luar sekolah, seperti pergaulan atau tontonan kekerasan. Sekolah perlu mengoptimalkan program bimbingan konseling dan melibatkan siswa dalam kampanye anti-kekerasan.  

FSGI: Screening Guru Berkala untuk Cegah Kekerasan  
FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) menawarkan solusi sistemik. FSGI mendorong screening psikologis dan pelatihan reguler untuk guru. Tujuannya, memastikan guru memiliki kesiapan mental dalam menghadapi tekanan pekerjaan, sehingga mengurangi risiko pelampiasan emosi ke siswa. Langkah ini perlu didukung pemerintah melalui anggaran khusus dan kerja sama dengan psikolog.
 
sumber: sukabumivivadetiktimesvoa

0 comments :

Post a Comment