Masyarakat FOMO

13 April 2025

Masyarakat FOMO


 

mas
FOMO

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi bagiandari kehidupan masyarakat modern, terutama di kalangan kelas menengah. Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, informasi menyebar dengan cepat, dan sering kali, orang merasa tertekan untuk mengikuti tren terbaru. Dalam konteks ini, FOMO dapat berpotensi membawa dampak negatif, termasuk risiko jatuh ke dalam kemiskinan.

Apa itu FOMO?
FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih baik atau lebih menarik. Dalam dunia media sosial, ini sering kali terlihat ketika seseorang melihat teman-teman mereka berinvestasi dalam barang-barang mewah, seperti emas, atau menghadiri acara-acara yang dianggap "keren" seperti Haul Guru Sekumpul. Akibatnya, banyak orang merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama, meskipun mereka tidak memiliki cukup dana atau pemahaman yang baik tentang investasi tersebut.

Aku Bermedsos maka Aku Ada
Antropolog Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah melihat fenomena ini sebagai dampak dari tren budaya populer di era digital. Menurutnya, smartphone dan medsos telah memengaruhi cara masyarakat memaknai haul. Padahal, haul adalah waktu untuk refleksi, mendalami ajaran, dan mempererat rasa cinta kepada Guru Sekumpul. Jangan sampai makna spiritualnya hilang karena obsesi terhadap citra di medsos. Fenomena ini mirip dengan kutipan klasik yang diungkap filsuf Rene Descartes, "Aku berpikir maka aku ada," yang kini bergeser menjadi "Aku bermedsos maka aku ada."

Kelas Menengah dan Investasi Emas
Kelas menengah di Indonesia sering kali menjadi target utama dari fenomena ini. Dengan meningkatnya akses ke informasi dan media sosial, mereka lebih mudah terpengaruh oleh tren investasi yang sedang populer. Salah satu tren yang sedang naik daun adalah investasi emas. Banyak orang beranggapan bahwa membeli emas adalah cara yang aman untuk mengamankan kekayaan mereka. Namun, keputusan ini sering kali diambil tanpa pertimbangan yang matang.

Masyarakat yang terjebak dalam FOMO cenderung membeli emas dalam jumlah besar hanya karena melihat orang lain melakukannya. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengeluarkan uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau tabungan darurat. Jika harga emas turun, mereka bisa mengalami kerugian yang signifikan, yang pada gilirannya dapat menyeret mereka ke dalam lubang kemiskinan.

Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak dari FOMO tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Ketika banyak orang berinvestasi dalam emas tanpa pemahaman yang cukup, ini dapat menciptakan gelembung ekonomi. Ketika gelembung ini pecah, banyak orang akan merasakan dampak negatifnya, termasuk kehilangan pekerjaan dan meningkatnya angka kemiskinan.

Selain itu, FOMO juga dapat memicu perilaku konsumtif yang berlebihan. Masyarakat yang merasa harus selalu mengikuti tren dapat mengabaikan kebutuhan dasar mereka. Ini menciptakan siklus di mana mereka terus berusaha mengejar ketertinggalan, yang pada akhirnya dapat merugikan kesejahteraan mereka.

Mengatasi FOMO
Untuk mengatasi dampak negatif dari FOMO, penting bagi masyarakat, terutama kelas menengah, untuk meningkatkan literasi. Penting untuk menyadari bahwa tidak semua tren yang terlihat menarik di media sosial adalah pilihan yang baik untuk diikuti. Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dari media sosial. Mengedukasi diri sendiri dan mencari nasihat dari sumber yang terpercaya dapat membantu mengurangi pengaruh FOMO.
 

0 comments :

Post a Comment