Perang Dagang Trump

07 April 2025

Perang Dagang Trump


 

pER
Perang dagang

Perang dagang kembali menjadi ancaman serius bagi perekonomian global. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor tinggi yang diusung oleh Donald Trump berpotensi memicu perang dagang dan bahkan resesi dunia. Sementara itu, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyatakan bahwa era perdagangan bebas mungkin sudah berakhir, membawa risiko besar bagi negara-negara kecil yang bergantung pada ekspor.   

Kebijakan Trump dan Ancaman Perang Dagang  
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas TV, Sri Mulyani menyoroti rencana Donald Trump— sebagai Presiden AS—untuk mengenakan tarif impor hingga 60% terhadap produk China dan 10% untuk semua negara. Jika kebijakan ini diterapkan, dampaknya bisa sangat luas:  

- Harga barang impor melambung, termasuk produk elektronik seperti iPhone yang diprediksi bisa melonjak hingga Rp38 juta.  
- Ekspor Indonesia terhambat karena AS adalah salah satu pasar utama untuk produk seperti tekstil, karet, dan sawit.  
- Ketegangan geopolitik meningkat, memicu pembalasan dari negara lain dengan tarif serupa.  

"Kebijakan proteksionis seperti ini bisa memicu perang dagang dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global," ujar Sri Mulyani.  

Singapura: Perdagangan Bebas Mulai Pudar  
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong juga menyuarakan kekhawatiran serupa. Menurutnya, dunia sedang bergerak menjauh dari globalisasi dan perdagangan bebas (Tempo). Ini berbahaya bagi negara seperti Singapura dan Indonesia yang sangat bergantung pada ekspor-impor.  

- Negara kecil seperti Singapura rentan karena ekonominya sangat terbuka.  
- Rantai pasok global bisa kacau, memicu kelangkaan dan inflasi.  
- Investasi asing mungkin mengering jika ketidakpastian perdagangan global terus berlanjut.  

Dampak bagi Indonesia dan Langkah Antisipasi
Sebagai negara dengan ekonomi terbuka, Indonesia tidak bisa lepas dari dampak perang dagang. Namun, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah:  

1. Memperkuat pasar domestik dengan mendorong konsumsi dan investasi dalam negeri.  
2. Diversifikasi ekspor ke negara-negara non-tradisional untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan China.  
3. Memperkuat kerja sama regional melalui ASEAN untuk menciptakan stabilitas perdagangan.  

Waspada tapi Tidak Panik  
Ancaman perang dagang dan resesi global memang nyata, tapi bukan berarti Indonesia tidak punya peluang. Dengan kebijakan yang tepat—seperti yang dijalankan Sri Mulyani—kita bisa mengurangi dampaknya. Masyarakat juga perlu waspada terhadap kenaikan harga, tetapi tidak perlu panik karena pemerintah telah mengantisipasi skenario terburuk.
 
sumber berita: kompasvoitempo

0 comments :

Post a Comment